Website Himpunan Mahasiswa Kimia (HMK) UNDIP
Monthly Archives: July 2013
http://kimia.undip.ac.id/
Website Kimia Undip
PKM-W KIMIA UNDIP 2013
- A. Judul Kegiatan Usaha
“Puding Busa” Aneka Rasa
- B. Latar Belakang
Banyaknya makanan yang beranekaragaman seperti saat ini, tanpa kita sadari banyak yang mengandung bahan yang tidak sehat, seperti pengawet, pemanis, pewarna dan penyedap rasa. Hal ini didukung oleh kemajuan zaman yang membuat orang lebih memilih pola hidup instant dengan mengkonsumsi makanan cepat saji atau fast food yang kurang memperhatikan nilai kesehatan. Efek dari makanan yang ditimbulkan mungkin tidak terlalu dirasakan dalam jangka pendek, tetapi dengan konsumsi yang berkelamjutan dapat menyebabkan berbagai macam penyakit hingga berujung kematian.
Oleh karena itu, kami hadir untuk memeberikan solusi dengan memunculkan sebuah produk makanan sehat berupa puding / agar dengan kombinasi buah dan sayur yang memiliki kandungan serat dan gizinyang cukup sehingga bermanfaat bagi kesehatan. Hadirnya produk ini diharapkan memberikan alternatif lain dari dunia makanan yang kurang sehat. Puding ini terbuat dari bahan makanan 100% alami, segar, tanpa pemanis buatan dan bahan pengawet. Pembuatan puding dengan kombinasi buah dan sayur yang berbahan alami mempunyai keunggulan dapat memperlancar pencernaan, dan menyehatkan tubuh, karena rendah kalori, kaya akan antioksidan serta vitamin A. Hal tersebut di dukung oleh kandungan dari agar-agar, wortel, sawi, dan buah-buahan seperti melon, nanas, dan semangka. Dalam 100 g wortel dan sawi terdapat 1-1,9 g protein; 3,9-9 g karbohidrat; 835 SI-4243,4 IU vitamin A; 1,9-74 vitamin C; 21-42 kal energi. Sedangkan komposisi kandungan gizi dari 100 g buah terdapat 130-2400 IU vitamin A; 6-30 mg vitamin C; 0,4-0,6 g protein; 6-13,7 mg karbohidrat. Selain itu juga terdapat vitamin B, K, dan juga mineral yang bermanfaat bagi tubuh. Dari sekian banyak manfaat yang dimiliki sayur dan buah, hal inilah yang bisa menjadi nilai jual untuk konsumen agar membeli produk ini.
Produk puding ini terdiri dari berbagai varian rasa yang bisa di pilih sesuai selera. Selain itu, bisnis makanan yang tidak ada matinya menjadi peluang besar bagi kami untuk meluncurkan dan mengembangkan produk ini.
- C. Diskripsi Produk
Jenis usaha adalah pengolahan produk dari bahan baku puding atau agar-agar rumput laut dengan kombinasi aneka buah dan sayur. Produk puding yang masih jarang di pasaran menjadi peluang untuk usaha ini berkembang. Oleh karena itu, kami memunculkan sebuah produk makanan sehat bernama “Puding Busa” dengan varian rasa. Cita rasa dari sayur sawi dan wortel, serta beraneka macam buah seperti nanas, semangka, dan melon menambah keunggulan produk ini, karena kandungan gizi yang dimilikinya. Produk ini di jamin tidak kalah bersaing dengan produk lain yang sudah ada dipasaran karena memliki daya tarik tersendiri.
- D. Analisis Kompetisi dan Peluang Pasar Produk
Tembalang merupakan pusat komunitas mahasiswa terutama Undip. Hal tersebut tentu diiringi dengan banyaknya penjual jajanan. Akan tetapi, produk yang dijual kurang memperhatikan kandungan gizi dan manfaatnya bagi kesehatan. Oleh karena itu, kami berinisiatif untuk mendirikan usaha olahan makanan dari puding atau agar yang dikombinasi dengan buah dan sayur yang memiliki kandungan serat dan gizi yang cukup. Wilayah Tembalang merupakan area peluang besar untuk memasarkan hasil olahan dari puding atau agar yang bervariasi dalam hal bentuk maupun rasa dan tentunya tidak kalah bersaing dengan produk yang sudah ada. Pada produksi kami memanfaatkan buah dan sayur sebagai sumber utama serat dan vitamin yang berguna untuk kesehatan.
- E. Aspek Mekanisme Produksi Produk
Alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan ‘Puding Busa’ sebagai berikut :
Bahan baku utama yang digunakan adalah :
ü Puding / Agar
Sedangkan bahan baku tambahan meliputi :
ü Wortel
ü Sawi Ijo
ü Nanas
ü Semangka
ü Melon
ü Tepung maizena
ü Susu kental manis
ü Gula
ü Biji selasih
Peralatan yang digunakan :
- Kompor Gas
- Tabung Gas
- Lemari es
- Blender
- Panci sedang
- Baskom
- Saringan
- Pisau
- Ember
- Pengaduk
- Ember
- Timbangan
- Cup dan Sendok Plastik
- Sendok
- Sarung Tangan Plastik
- Serbet
Puding / Agar yang digunakan yaitu dibeli dari Pasar atau Toko di Tembalang dan sekitarnya. Puding / Agar yang digunakan sudah dalam bentuk kemasan.
Proses pengolahan puding / agar yang dilakukan untuk mencapai program ini yaitu :
- Pemilihan puding / agar yang berkualitas baik;
- Pemasukan puding / agar pada panci kemudian tambahkan air secukupnya;
- Penambahan gula dan susu kental manis secukupnya;
- Pemasakan hingga mendidih sambil diaduk;
- Pengolahan bahan menjadi ‘Puding Busa’.
Proses Pengolahan ‘Puding Busa’:
- Cairan puding / agar yang telah mendidih dan api telah dimatikan, diaduk perlahan hingga panasnya sedikit menurun;
- Penambahan ekstrak sayuran ke dalamnya sambil terus diaduk agar tidak memadat;
- Penambahkan biji selasih (yang telah diberi air hangat sebelumnya) sambil diaduk;
- Pemotongan buah berbentuk dadu dan letakkan di dalam cup;
- Pemasukan cairan puding ke dalam cup;
- Pendiaman hingga cukup dingin pada suhu ruang;
- Pemasukan pada lemari es hingga memadat sempurna;
- Pemasaran.
- F. Aspek Rencana Pemasaran Produk
Hasil sekali produksi (satu bulan) aneka rasa ‘Puding Busa’ akan dijual di daerah Tembalang. Beberapa penjual puding di daerah Tembalang belum dapat memberikan produk olahan yang kreatif dan menarik serta kaya akan gizi, sehingga peluang mengembangkan produk agar / puding di daerah ini masih terbuka lebar untuk produsen-produsen makanan baru.
Pemasaran produk kami gunakan strategi, diantaranya:
- Mengidentifikasi segmen pasar berdasarkan demografi, tipe pelanggan atau lokasi, yaitu dengan mengetahui target pasar.
- Marketing campuran pemasaran dengan 4P untuk mengidentifikasikan produk yang kami tawarkan yaitu : product, place, price, promotion
ü Product : produk yang ditawarkan adalah ‘Puding Busa’ yang beraneka rasa dan kaya akan gizi. Dengan keunggulan : produk lebih beraneka ragam dan rasa, unik, menarik, kreatif, dan kaya akan gizi (karbohidrat, protein, vitamin, mineral dan serat)
ü Place : Tempat penjualan yang kami fokuskan adalah kantin kampus Universitas Diponegoro dan tempat makan, terutama yang memiliki lemari es.
ü Price : Harga yang kami tawarkan sangat terjangkau oleh konsumen, karena dengan harga tersebut konsumen dapat terbantu dalam pemenuhan gizinya dengan rasa yang unik.
ü Promotion : Sosialisasi yang digunakan secara langsung maupun tidak langsung (pamflet, brosur, dan internet).
Pesaing utama adalah produsen makanan yang menghasilkan jajanan, namun melihat data akan kebutuhan masyarakat terhadap konsumsi makanan pelengkap kaya serat yang belum bisa dicukupi oleh produsen makanan. Maka kesempatan ini merupakan peluang emas bagi produsen makanan berbahan dasar agar.
- G. Aspek Rencana Anggaran dan Keuangan
Tabel 1. Rencana anggaran dan keuangan selama satu kali produksi (satu bulan)
No |
Keterangan |
Jumlah |
Harga satuan |
Harga Total |
I |
Investasi |
|
|
|
1. |
Peralatan |
|
|
|
|
– Kompor Gas |
1 |
Rp 1.000.000 |
Rp 1.000.000 |
|
-Tabung Gas (14 kg) |
2 |
Rp 150.000 |
Rp 300.000 |
|
-Lemari Es |
1 |
Rp 1.500.000 |
Rp 1.500.000 |
|
– Blender |
1 |
Rp 300.000 |
Rp 300.000 |
|
– Panci Sedang |
4 |
Rp 60.000 |
Rp 240.000 |
|
– Baskom |
3 |
Rp 20.000 |
Rp 60.000 |
|
– Saringan |
3 |
Rp 15.000 |
Rp 45.000 |
|
– Pisau |
1 set |
Rp 50.000 |
Rp 50.000 |
|
– Pengaduk |
5 |
Rp 15.000 |
Rp 75.000 |
|
– Ember |
2 |
Rp 12.000 |
Rp 24.000 |
|
-Timbangan |
1 |
Rp 100.000 |
Rp 100.000 |
|
-Cup dan Sendok Plastik |
150 set |
Rp 10.000 |
Rp 1.500.000 |
|
-Sendok |
1 set |
Rp 35.000 |
Rp 35.000 |
|
-Sarung Tangan Plastik |
1 set |
Rp 10.000 |
Rp 10.000 |
|
– Serbet |
5 |
Rp 5.000 |
Rp 25.000 |
|
Total |
|
|
Rp 5.314.000 |
|
Penyusutan 30 % |
|
|
Rp 1.594.200 |
|
Jumlah |
|
|
Rp 6.908.200 |
2 |
Tempat Penjualan |
|
|
|
|
-Sewa tempat |
1 tahun |
Rp 5.000.000 |
Rp 5.000.000 |
|
-Perizinan |
|
Rp 750.000 |
Rp 750.000 |
|
Total |
|
|
Rp 5.750.000 |
|
Total Investasi |
|
|
Rp 12.658.200 |
II.. |
Biaya Operasional |
|
|
|
|
Bahan |
|
|
|
|
-Agar |
80 bungkus |
Rp 10.000 |
Rp 800.000 |
|
-Gula |
15 Kg |
Rp 15.000 |
Rp 225.000 |
|
– Susu Kental Manis |
20 kaleng |
Rp 10.000 |
Rp 200.000 |
|
-Tepung Maizena |
3 Kg |
Rp 20.000 |
Rp 60.000 |
|
-Sawi Ijo |
7 Kg |
Rp. 15.000 |
Rp 105.000 |
|
-Wortel |
7 kg |
Rp 15.000 |
Rp 105.000 |
|
-Melon |
13 buah |
Rp 15.000 |
Rp 195.000 |
|
-Semangka |
10 buah |
Rp 20.000 |
Rp. 200.000 |
|
-Nanas |
15 buah |
Rp 10.000 |
Rp 150.000 |
|
– Biji Selasih |
15 bungkus |
Rp 3.000 |
Rp 45.000 |
|
-Transportasi |
|
Rp 705.000 |
Rp. 705.000 |
|
-Gaji pemilik |
3 |
Rp. 600.000 |
Rp. 1.800.000 |
|
Total |
|
|
Rp 4.590.000 |
III |
Administrasi |
|
|
|
|
-Print proposal |
3 eksemplar |
Rp. 20.000 |
Rp. 60.000 |
|
-Print laporan |
5 eksemplar |
Rp. 20.000 |
Rp. 100.000 |
|
-Dokumentasi & Publikasi |
1 paket |
Rp. 150.000 |
Rp. 150.000 |
|
-ATK |
1 paket |
Rp. 200.000 |
Rp. 200.000 |
|
-Lain – lain |
secukupnya |
Rp. 150.000 |
Rp. 150.000 |
|
Total |
|
|
Rp. 660.000 |
|
|
|
|
|
|
Rekapitulasi Total |
|
|
|
|
Total Investasi |
|
|
Rp 12.658.200 |
|
Total Operasional |
|
|
Rp.4.590.000 |
|
Total Administrasi |
|
|
Rp. 660.000 |
|
GRAND TOTAL |
|
|
Rp. 17.908.200 |
Uji Kelayakan Produksi
- Hasil Penjualan
- Kapasitas produksi setiap periode (satu bulan) 3000 cup x 80% (kegagalan 20%) = 2400 cup
- Harga penjualan :
– Puding Busa (Sawi Ijo : Melon) = 400 cup x Rp3.000 = Rp 1.200.000
– Puding Busa (Sawi Ijo : Semangka) = 400 cup x Rp 2.500 = Rp 1.000.000
– Puding Busa (Sawi Ijo : Nanas) = 400 cup x Rp 2.500 = Rp 1.000.000
– Puding Busa (Wortel : Melon) = 400 cup x Rp 3.000 = Rp 1.200.000
– Puding Busa (Wortel : Semangka) = 400 cup x Rp 2.500 = Rp 1.000.000
– Puding Busa (Wortel : Nanas) = 400 cup x Rp 2.500 = Rp 1.000.000
maka pemasukan setiap periode produksi (1 bulan) adalah Rp 6.400.000
- Keuntungan / produksi
Hasil penjualan – total biaya operasional
Rp 6.400.000 – Rp 4.590.000 = Rp 1.810.000
- Proceed = Net profit + penyusutan
= Rp 1.810.000 + Rp 1.594.200
= Rp 3.404.200
- Pay back periode = (Biaya produksi/proceed) x n bulan
= (Rp 17.908.200/ Rp 3.404.200) x 1 bulan
= 5,3 (5 bulan 3 minggu)
- H. Jadwal Kegiatan
Kegiatan ini dilaksanakan selama 5 bulan 3 minggu, adapun rinciannya :
Tabel 2. Jadwal Kegiatan Program Usaha
No |
Kegiatan |
Bulan |
||||||||||||||||||||||||||||
I |
II |
III |
IV |
V |
VI |
|||||||||||||||||||||||||
1 |
2 |
3 |
4 |
1 |
2 |
3 |
4 |
1 |
2 |
3 |
4 |
1 |
2 |
3 |
4 |
1 |
2 |
3 |
4 |
1 |
2 |
3 |
||||||||
1 |
Perencanaan Alat Produksi |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||
2 |
Persiapan Produksi |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||
3 |
Produksi |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||
3 |
Proses Pemasaran
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||
7 |
Laporan perkembangan |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||
8 |
Penyusunan Laporan |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||
9 |
Penyerahan akhir laporan |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||
- I. Lampiran
- a. Biodata Ketua
Nama Lengkap : Puji Rahayu
Jurusan : Kimia
Fakultas : Sains dan Matematika
No. Induk Mahasiswa : 24030110110027
Universitas : Diponegoro Semarang
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat rumah : Terboyo Wetan RT 03/RW 02
Kec. Genuk-Semarang
No. Telp / HP : 085741183383
Alamat Email : iu_vmale@yahoo.co.id
- b. Biodata Anggota Kelompok
Anggota 1
Nama anggota : Rizqi Nabilatul L.A.
Jurusan : Kimia
Fakultas : Sains dan Matematika
No. Induk Mahasiswa : 24030110110036
Universitas : Diponegoro Semarang
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat rumah : Jl. Banjar Sari Gg. Iwenisari Barat No. 34B Tembalang
No. Telp / HP : 08985571942
Alamat Email : q2nabila@yahoo.co.id
Anggota 2
Nama anggota : Wihda Wihdatul Hidayah
Jurusan : Kimia
Fakultas : Sains dan Matematika
No. Induk Mahasiswa : 240030110110033
Universitas : Diponegoro Semarang
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat rumah : Jl. Tunjungsari II No. 106A Tembalang
No. Telp / HP : 085718417757
Alamat Email : ndha_429@yahoo.com
SURAT PERJANJIAN KERJASAMA
USAHA PEMBUATAN “PUDING BUSA” ANEKA RASA
Dengan ini kami yang bertanda tangan di bawah ini:
1. Puji Rahayu 24030110110027
2.Rizqi Nabilatul L. A. 24030110110036
3.Wihda Wihdatul H. 24030110110033
Yang disebut sebagai pihak PEMILIK USAHA
Melakukan kesepakatan bersama untuk menjalankan kegiatan bisnis di bidang barang dan menyatakan setuju untuk melakukan kerjasama dengan para pihak PEMILIK USAHA I – III yang diikat sesuai dengan apa yang telah diatur di dalam anggaran dasar (AD) dan anggaran rumah tangga (ART) perusahaan.
Dan kami dengan ini menyatakan bahwa kami siap menjalankan bisnis ini bersama- sama untuk mencapai sukses bersama. Untuk masa berlaku surat perjanjian ini adalah sejak dari penandatanganan surat ini sampai dengan waktu Break Event Point (BEP).
Kami yang bertanda tangan di bawah ini telah menyetujui apa yang dirumuskan di dalam AD/ART perusahaan. Mengenai pelanggaran yang terjadi di kemudian hari akan diselesaikan secara musyawarah mufakat. Dan bila tidak terjadi mufakat, maka akan dipakai jalur hukum.
Semarang, 25 Maret 2013
Pihak PEMILIK Pihak PEMILIK Pihak PEMILIK
USAHA I USAHA II USAHA III
Puji Rahayu Rizqi Nabilatul L.A. Wihda Wihdatul H.
24030110110027 24030110110036 24030110110033
Catatan:
AD dan ART Perusahaan dibuat sendiri sesuai dengan kebutuhan.
PERNYATAAN KESANGGUPAN
Yang bertanda tangan di bawah ini kami :
No |
Nama |
Fakultas/Jurusan |
NIM |
Alamat |
1. |
Puji Rahayu |
FSM/Kimia |
24030110110027 |
Terboyo Wetan RT 03/RW 02 Kec. Genuk-Semarang
|
2. |
Rizqi Nabilatul L. A. |
FSM/Kimia |
24030110110036 |
Jl. Banjar Sari Gg. Iwenisari Barat No. 34B Tembalang
|
3. |
Wihda Wihdatul H. |
FSM/Kimia |
24030110110033 |
Jl. Tunjungsari II No. 106A Tembalang |
Dengan ini kami menyampaikan pernyataan sebagai berikut :
- Sanggup mengikuti kegiatan Program Mahasiswa Wirausaha mulai dari Pelatihan/Workshop sampai dengan Pelaksanaan Kegiatan Bisnis secara keseluruhan, karena pengunduran diri di tengah kegiatan akan menutup kesempatan mahasiswa lain untuk mengikuti kegiatan ini.
- Bersedia mematuhi semua ketentuan yang berlaku dalam pelaksanaan Program Mahasiswa Wirausaha
- Pernyataan ini kami buat dengan penuh kesadaran.
Semarang, 25 Maret 2013
Yang Membuat Pernyataan
- Nama : Puji Rahayu
NIM : 24030110110027
- Nama : Rizqi Nabilatul Lailiya A.
NIM : 24030110110036
- Nama : Wihda Wihdatul Hidayah
NIM : 24030110110033
PERNYATAAN KESANGGUPAN MENGEMBALIKAN DANA PMW 2013
Yang bertanda tangan di bawah ini kami :
No |
Nama |
Fakultas/Jurusan |
NIM |
Alamat |
1. |
Puji Rahayu |
FSM/Kimia |
24030110110027 |
Terboyo Wetan RT 03/RW 02 Kec. Genuk-Semarang
|
2. |
Rizqi Nabilatul L. A. |
FSM/Kimia |
24030110110036 |
Jl. Banjar Sari Gg. Iwenisari Barat No. 34B Tembalang
|
3. |
Wihda Wihdatul H. |
FSM/Kimia |
24030110110033 |
Jl. Tunjungsari II No. 106A Tembalang |
Dengan ini kami menyampaikan pernyataan sebagai berikut :
- 1. Sanggup mengembalikan Modal yang telah diterima sebanyak 50 % dari total dana yang diterima, paling lambat bulan Juni 2013.
- 2. Bersedia mematuhi semua ketentuan yang berlaku dalam pelaksanaan Pengembalian Dana Program Mahasiswa Wirausaha
- 3. Pernyataan ini kami buat dengan penuh kesadaran.
Semarang, 25 Maret 2013
Yang Membuat Pernyataan
- Nama : Puji Rahayu
NIM : 24030110110027
- Nama : Rizqi Nabilatul Lailiya A.
NIM : 24030110110036
- Nama : Wihda Wihdatul Hidayah
NIM : 24030110110033
HALAMAN PENGESAHAN
1. Judul Kegiatan : “Puding Busa” Aneka Rasa
2. Bidang Kegiatan : ( ) PKM-P (X) PKM-K
( ) PKM-T ( ) PKM-M
3. Bidang Ilmu : ( ) Kesehatan ( ) Pertanian
(X ) MIPA ( ) Teknologi dan Rekayasa
( ) Sosial Ekonomi ( ) Humaniora
( ) Pendidikan
4. Ketua Pelaksana Kegiatan
a. Nama Lengkap : Puji Rahayu
b. NIM : 24030110110027
c. Jurusan : Kimia
d. Universitas : Diponegoro
e. Alamat : Terboyo Wetan RT 03/RW 02
Kec. Genuk-Semarang
f. Alamat E-Mail : iu_vmale@yahoo.co.id
5. Anggota Pelaksana Kegiatan / Penulis : 2 orang
6. Dosen Pendamping
a. Nama Lengkap : Purbowatiningrum Ria S, M.Si
b. NIP : 1973 03 14 1999 03 2 002
c. Alamat Rumah : Aspol Colombo blok D no. 6 Surabaya
7. Biaya Kegiatan Total
a. Dikti : Rp 17.908.200
b. Sumber Lain : –
8. Jangka Waktu Pelaksanaan : 5 bulan 3 minggu
Semarang, 25 Maret 2013
Menyetujui
PembantuDekan III Ketua Pelaksana Kegiatan
(Ngadiwiyana, S.Si, M.Si) (Puji Rahayu)
NIP.196906201999031002 NIM. 24030110110027
Pembantu Rektor III DosenPendamping
BidangKemahasiswaan
(Drs. Warsito, SU) (Purbowatiningrum Ria S, M.Si)
NIP. 195402021981031014 NIP. 1973 03 14 1999 03 2 002
USULAN
PROGRAM MAHASISWA WIRAUSAHA
“PUDING BUSA” ANEKA RASA
Disusun oleh:
PUJI RAHAYU (NIM 24030110110027/Angkatan 2010)
RIZQI NABILATUL LAILIYA A. (NIM. 24030110110036/Angkatan 2010)
WIHDA WIHDATUL HIDAYAH (NIM. 24030110110033/Angkatan 2010)
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2013
“Chemoducation” Brand Image Kaos Aplikasi Eksotik Struktur Kimia Goyang Wajah Berbasis Edukasi
Pasar yang dituju penjualan kaos aplikasi eksotik struktur kimia goyang wajah berbasis edukasi adalah:
No.
|
Uraian
|
Bulan Ke-
|
Jumlah (Rp)
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|||
1.
|
Modal
|
8.300.000
|
|
|
|
|
8.300.000
|
2.
|
Pembelian Alat
|
5.525.000
|
|
|
|
|
5.525.000
|
3.
|
Biaya Produksi
|
|
|
|
|
|
|
|
*Pembelian Bahan
|
2.325.000
|
|
|
|
|
2.325.000
|
|
*Listrik
|
100.000
|
|
|
|
|
100.000
|
|
*Pengemasan
|
200.000
|
|
|
|
|
200.000
|
|
* Transportasi
|
50.000
|
|
|
|
|
50.000
|
4.
|
Promosi
|
100.000
|
|
|
|
|
100.000
|
5.
|
Penjualan Produk
|
|
|
|
|
10.000.000
|
10.000.000
|
6.
|
Biaya Balik Modal
|
|
|
|
|
8.300.000
|
8.300.000
|
7.
|
Biaya Bersih
|
|
|
|
|
|
1.700.000
|
Gambar 7. Flowchart Pembuatan Kaos
No
|
Kegiatan
|
Bulan
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
||
1
|
Pembelian peralatan, perlengkapan dan bahan
|
|
|
|
|
|
2
|
Produksi skala terbatas
|
|
|
|
|
|
3
|
Membangun jaringan
|
|
|
|
|
|
4
|
Pemasaran offline (konsinyasi)
|
|
|
|
|
|
5
|
Produksi skala besar
|
|
|
|
|
|
6
|
Pemasaran online
|
|
|
|
|
|
7
|
Penyusunan laporan
|
|
|
|
|
|
No.
|
Uraian
|
Biaya (Rp)
|
1.
|
Bahan Habis Pakai
Tinta
Benang hitam ukuran kecil 10 x 1500
Dakron 30×30 cm 20 x 2500
Kain 1×1 m 4 x 15000
Kaos putih polos 100 x 20000
|
200000
15000
50000
60000
2000000
|
|
JUMLAH
|
2325000
|
2.
|
Peralatan Penunjang
Mesin jahit
Mesin sablon digital
Gunting 2 x 4000
Penggaris 2 x 3500
Pensil kain 2 x 5000
|
1500000
4000000
8000
7000
10000
|
|
JUMLAH
|
5525000
|
3.
|
Biaya Perjalanan
Transportasi distribusi di kawasan Semarang
|
50000
|
|
JUMLAH
|
50000
|
4.
|
Biaya Promosi
Pamflet 100 x 1000
|
100000
|
|
JUMLAH
|
100000
|
5.
|
Baiaya Utilitas
Listrik
|
100000
|
|
JUMLAH
|
100000
|
6.
|
Pengemasan
Tas enceng gondok A4 100 x 2000
|
200000
|
|
JUMLAH
|
200000
|
|
TOTAL (1+2+3+4+5+6)
|
8300000
|
CERITA SEBUAH KATA
USULAN PKMP ANALISA KELAYAKAN SINGKONG DARI DAERAH PEGUNUNGAN KAPUR UTARA JAWA TENGAH SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI TEPUNG TERIGU YANG MURAH DAN BERGIZI
A. ANALISA KELAYAKAN SINGKONG DARI DAERAH PEGUNUNGAN
KAPUR UTARA JAWA TENGAH SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI TEPUNG TERIGUYANG MURAH DAN BERGIZI
B. LATAR BELAKANG
Salah satu komoditas pangan yang patut dipertimbangkan untuk dikembangkan
di Indonesia khusunya di pulau Jawa adalah umbi-umbian seperti singkong atau ubi
kayu. Kondisi tanah dan iklim Indonesia sangat cocok untuk ditanami
singkongSingkong adalah salah satu jenis sayuran yang sudah sangat dikenal luas
pemanfaatannya. Di Indonesia, selain dikenal sebagai bahan baku keripik, singkong
biasa diolah menjadi makanan gatot, tiwul, atau gaplek. Kalaupun singkong dipakai
untuk tapioka, aplikasinya terbatas karena karakter singkong tidak bisa hilang.
Singkong atau ubi kayu yang selama ini identik dengan komoditi rendahan, sudah
waktunya naik kelas menjadi komoditi yang membanggakan dan mempunyai daya
jual yang tinggi. Kegiatan ini salah satunya bertujuan agar petani singkong bisa ikut
tersenyum dengan naiknya harga jual singkong karena permintaan bahan baku untuk
pembuatan tepung mocaf akan tinggi. Hukum ekonomi sederhana bahwa kalau
permintaan singkong naik, otomatis harga singkong akan ikut naik. Bagi masyarakat
luas (pemilik modal kecil) bisa ikut menciptakan lapangan kerja baru untuk para
pencari kerja ditingkat pedesaan karena adanya pabrik tepung mocaf yang dibangun
dimana-mana. Sedangkan bagi pemerintah, mocaf ini diharapkan bisa ikut
membantu mengurangi import tepung terigu yang terus meningkat setiap tahunnya
agar devisa negara bisa dihemat.
Penduduk Indonesia semakin tahun terus semakin bertambah dan pasti butuh pemenuhan bahan pangan. Dan lagi tepung mocaf ini bukan barang yang mudah basi. Bisa digudangkan atau ditimbun selama 6 bulan bila dikemas dengan baik. Bahkan layak untuk diexport yang bisa mendatangkan devisa. Kemungkinan ini sangat mungkin terjadi kalau singkong yang dihasilkan di Indonesia ini 90% dijadikan tepung mocaf yang nilai tambahnya berlipat-lipat.
Jadi, kedepannya diharapkan tidak hanya diexport berupa gaplek yang hanya untuk pakan ternak atau menjadi produk lain yang nilai tambahnya justru dinikmati oleh orang asing.
Gambar 1. Skema pembuatan mocaf
Masih banyak lahan tidur atau tanah kosong yang dibiarkan terbengkalai
diseluruh wilayah Indonesia yang tidak dimanfaatkan dengan baik.Padahal
semua jenis tanah yang ada di Indonesia ini, bisa ditanami singkong dengan
ba
Gambar 3. Perbedaan limbah padat dan kering
Seperti yang telah kita ketahui bersama, bahwa penemu fermentasi tepung mocaf yang pertama adalah Dr. Achmad Subagio staf pengajar dari Universitas Negeri Jember, Jawa Timur. Tepung mocaf memiliki prospek pengembangan yang bagus, pertama dilihat dari ketersediaan singkong sebagai bahan baku yang berlimpah sehingga kemungkinan kelangkaan produk dapat dihindari karena tidak tergantung dari impor seperti gandum; kedua yaitu harga tepung mocaf relatif lebih murah dibanding dengan harga tepung terigu maupun tepung beras, sehingga biaya pembuatan produk dapat lebih rendahdan yang ketiga adalah pasar lokalnya sangat prospektif karena begitu banyak industri makanan yang menggunakan bahan baku tepung.
Dari beberapa alasan diatas dapat disimpulkan bahwa lahirnya teknologi
produksi tepung singkong modifikasi (MOCAF) membuka peluang bisnis besar.
Dengan potensi tersebut kami tergerak untuk melakukan analisa dan uji
kelayakan terhadap singkong hasil produksi pegunungan kapu dalam hal ini
meliputi wilayah Kabupaten Pati, Kabupaten Grobogan, dan Kabupaten Kudus.
Dengan analisa kelayakan ini harapan kedapannya masyarakat sekitar
pegunungan kapur utara dapat melakukan pengolahan singkong dengan lebih
optimal menjadi tepung tidak sekedar gaplek atau makanan olahan saja.
C. PERUMUSAN MASALAH
Terigu adalah salah satu bahan pangan yang cukup vital bagi masyarakat
Indonesia. Industri pengolahan makanan berbahan baku terigu di Indonesia terus
meningkat dari tahun ke tahun, sehingga mendorong meningkatnya permintaan
bahan baku terigu nasional. Sebagaimana kita ketahui bahwa negara kita bukanlah penghasil gandum-bahan baku terigu, karena Indonesia bukan negara beriklim sub-tropis.
Oleh karena itu, untuk mencukupi kebutuhan tepung terigu negara kita masih impor dari negara lain. Upaya untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional dan mengurangi ketergantungan impor pangan terutama terigu yang cenderung mengancam kedaulatan pangan nasional, oleh karenanya perlu dikembangkan diversifikasi pangan dengan mengutamakan lokalitas daerah seperti ubikayu dan aneka ubi lainnya. Salah satu produk yang telah dikembangkan untuk menggantikan tepung terigu adalah tepung mocaf yaitu tepung berbahan dasar singkong atau ubi kayu. Daerah pegunungan kapur memiliki porduksi ubi kayu yang cukup besar dengan pemanfaatan yang belm optimal. Penelitian ini ingin menguji kelayakan ubi produksi daerah pegunungan kapur utara untuk diolah menjadi tepung mocaf.
D. TUJUAN
1. Berpartisipasi membangun ketahanan pangan nasional
2. Mengenalkan singkong sebagai bahan baku alternatif pembuatan tepung
untuk industri tepung nasional.
3. Mengetahui potensi singkong gunung kapur utara untuk dioptimalkan
sebagai tepung mocaf
4. Mengenalkan MOCAF sebagai alternatif tepung nasionalyang mempunyai
beberapa aspek kesehatan yang cukup menonjol, yaitu kaya serat dan bebas
gluten.
E. LUARAN YANG DIHARAPKAN
Luaran yang diharapkan dari kegiatan ini adalah diperoleh karakteristik singkong di daerah pegunungan kapur utara, kandungan gizi, tekstur dan kemampuannya untuk diolah menjadi tepung. Juga tepung hasil olahan dari singkong atau MOCAF dan produk turunannya ini dikenal luas oleh masyarakat khususnya di jawa tengah dan secara nasional pada umumnya.
F. KEGUNAAN
Kegunaan dari program penelitian ini adalah:
1. Mengetahui karakteristik dan kelayakan ubi kayu (singkong) di wilayah
Pegunungan Kapur Utara untuk dijadikan tepung MOCAF
2. Menciptakan peluang usaha baru khususnya bagi masyarakat petani dan
masyarakat yang belum memiliki pekerjaan pada umumnya.
3. Mengenalkan teknik pengolahan pasca panen singkong untuk
menghasilkan produk yang bernilai jual tinggi dan memiliki pangsa
pasar yang luas.
4. Meningkatkan produksi singkong dari petani, sehingga berdampak pada
berkurangnya lahan kosong dan terbengkalai.
5. Menjadi alternatif pendapatan bagi petani untuk meningkatkan
kesejahteraan hidup mereka.
G. TINJAUAN PUSTAKA
MOCAF adalah singkatan dari Modified Cassava Flour atau dalam bahasa
Indonesia berarti Modifikasi Tepung Ketela Pohon. Tepung MOCAF ini merupakan
hasil penelitian dan pengembangan yang dilakukan oleh Dr. Achmad Subagio, staf
pengajar di Universitas Negeri Jember Jawa Timur. Secara definitif, MOCAF
adalah produk tepung dari singkong yang diproses menggunakan prinsip
memodifikasi sel singkong secara fermentasi, dimana mikroba BAL (Bakteri Asam
Laktat) mendominasi selama fermentasi tepung singkong ini. Mikroba yang tumbuh
menghasilkan enzim pektinolitik dan selulolitik yang dapat menghancurkan dinding
sel singkong, sedemikian rupa sehingga terjadi liberasi granula pati. Mikroba
tersebut juga menghasilkan enzim-enzim yang menghidrolisis pati menjadi gula dan
selanjutnya mengubahnya menjadi asam-asam organik, terutama asam laktat. Hal
ini akan menyebabkan perubahan karakteristik dari tepung yang dihasilkan berupa
naiknya viskositas, kemampuan gelasi, daya rehidrasi, dan kemudahan melarut.
Demikian pula, cita rasa MOCAF menjadi netral dengan menutupi cita rasa
singkong sampai 70%.
Kondisi saat ini menunjukkan bahwa produk MOCAF secara ekonomis ternyata jauh lebih murah daripada produk terigu yang selama ini beredar di pasaran. Bahan baku yang mudah dibudidayakan, murahnya harga ubi kayu di pasaran saat ini, serta proses pengolahan tepung yang tidak memerlukan teknologi tinggi, membuat harga MOCAF saat ini lebih murah dari harga terigu. Hal ini membuat produk makanan apapun yang dibuat dari tepung MOCAF akan lebih menguntungkan dibandingkan dengan tepung terigu.
Selama ini penggunaan tepung ubi kayu masih sangat terbatas, hal itu disebabkan kualitasnya yang rendah. Untuk food ingredient misalnya, seperti substitusi terigu sebesar 5% pada mie instant yang menghasilkan produk dengan mutu rendah, atau pada kue kering.Namun aplikasi tepung MOCAF dengan karakteristik yang dijelaskan di atas, ternyata mampu menghasilkan produk makanan yang sangat menggembirakan.
Perbedaan tepung mocaf dengan tepung singkong biasa dan tepung gaplek adalah pada proses pengolahaannya.Tepung singkong atau tepung cassava dibuat dari singkong yang dikupas dipotong-potong menjadi chips langsung dikeringkan, kemudian digiling dengan mesin penepung. Sedangkan pada tepung gaplek dibuat dari singkong yang dibuat gaplek terlebih dahulu, kemudian ditepungkan. Sedangkan tepung mocaf setelah singkong dipotong-potong menjadi chips kemudian di fermentasi dahulu, dikeringkan kemudian digiling.
Tepung mocaf memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi, namun rendah
protein hal ini menyebabkan tepung mocaf memiliki kemampuan gelasi, rehidrasi
dan viskositas yang lebih rendah dibandingkan tepung terigu, namun masih lebih
baik dibandingkan dengan tepung sinkong biasa atau tepung gaplek. Tepung terigu
juga mengandung banyak zat pati, yaitu karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam
air. Jenis tepung terigu dibedakan atas kandungan protein yang dimiliki oleh tepung
terigu, kandungan protein pada terigu menentukan kandungan gluten. Kualitas
protein serta gluten ditentukan oleh kualitas jenis gandum. Protein sangat terkait
dengan gluten, dimana gluten sendiri adalah suatu zat yang ada pada tepung terigu,
sifatnya zat ini adalah elastis dan kenyal. Semakin tinggi kadar proteinnya maka
semakin banyak gluten yang ada pada tepung tersebut, begitu pula sebaliknya.
Kualitas terigu juga dipengaruhi oleh jumlah kadar air (moisture) pada tepung
terigu. Kadar air berpengaruh besar sekali terhadap kualitas tepung. Bila kadar air
pada tepung terigu tinggi maka tepung akan mudah rusak disebabkan oleh
pertumbuhan jamur, dan bau apek. Bila kadar air tinggi maka kualitas rendah dan
harga jual juga rendah. Kualitas terigu juga dipengaruh oleh kadar abu yang ada pada
tepung terigu, dimana kadar abu ini sangat mempengaruhi warna produk akhir.
Kadar abu (ashcontent) yang tinggi menunjukan tepung terigu memiliki kualitas
yang rendah. Beberapa jenis produk sangat memperhatikan jumlah kandungan abu.
Pada tepung mocaf dengan pengeringan yang optimal kadar air bisa mencapai 6.9%
sedangkan pada tepung terigu kandungan air mencapai rata-rata 12.0%. Kadar air
pada tepung mocaf yang lebih rendah menyebabkan lebih tahan terhadap
pertumbuhan mikroba yang dapat menyebabkan kerusakan produk. Kadar air
mempengaruhi daya simpan produk. Ini adalah salah satu kelebihan tepung mocaf
dibandingkan dengan tepung terigu. Selain itu, tepung mocaf juga memiliki
keunggulan yaitu kadar abu (ash content) yang lebih rendah yaitu berkisar 0.4%
sedangkan terigu bekisar 1.3%. Tepung mocaf memiliki kandungan pati (starch
content yang lebih tinggi dibandingkan dengan terigu 60-68%. Sedangkan
kandungan serat pada mocaf lebih tinggi dibandingkan tepung terigu, sehingga tepung terigu lebih lembut dibandingkan dengan tepung mocaf.
MOCAF juga telah diujicoba untuk digunakan beragam kue kering, seperti
cookies, nastar, kastengel, dll dimana 100% tepungnya menggunakan MOCAF.
Hasilnya menunjukkan bahwa kue kering yang dihasilkan mempunyai karakteristik yang tidak jauh berbeda dengan produk yang dibuat menggunakan tepung terigu tipe berprotein rendah (soft wheat). Hanya saja, tepung MOCAF memerlukan mentega atau margarin sedikit lebih banyak dibandingkan tepung terigu untuk mendapatkan tekstur yang baik. Untuk cita rasanya, hasil uji organoleptik dengan resep standar menunjukkan bahwa panelis tidak mengetahui bahwa kue-kue tersebut dibuat dari MOCAF yang berasal dari ubi kayu.
G.1 Keunggulan MOCAF
Keunggulan tepung mocaf antara lain adalah :
1. Mempunyai aroma dan citarasa yang lebih baik dibanding tepung
ubi kayu biasa,
2. Mempunyai warna lebih putih dibanding tepung ubi kayu biasa,
3. Mempunyai harga yang relatif murah dibanding beras/terigu.
4. Kandungan serat terlarut(soluble fiber) lebih tinggi dari pada tepung
gaplek.
5. Kandungan mineral(kalsium) lebih tinggi (58) dibanding padi (6)
dan gandum (16)
6. Oligasakarida penyebab flatulensi sudah terhidrolis.
7. Mempunyai daya kembang setara dengan gandum tipe II (kadar
protein menengah).
8. Daya cerna lebih tinggi dibandingkan dengan tapi
Hasil uji coba tersebut menunjukkan MOCAF dapat digunakan sebagai food ingredient dengan penggunaan yang sangat luas. MOCAF ternyata tidak hanya bisa dipakai sebagai bahan pelengkap, namun dapat langsung digunakan sebagai bahan baku dari berbagai jenis makanan, mulai dari mie, bakery, cookies hingga makanan semi basah.
Berbagai ujicoba telah dilakukan untuk penerapan MOCAF sejak tahun 2004 antara lain dengan :
- Produk Mie, Sentafood Indonusa (Karawang)
· Produk Bihun, Tiga Pilar Sejahtera (Solo)
· Produk Biskuit, Indofood (Cikampek) - Produk Snack, Garuda Food (Jakarta), Dua Kelinci dan Berkat Aneka
Pangan (Sukabumi) - Aneka makanan, Yayasan Kuliner Indonesia (Jakarta)
Dari hasil pengujian lab nutrisi Malang pada bulan JUNI 2009 diperoleh data sebagai berikut:
Bahan Kering :87.99 Kadar Abu :1.44
Kadar Air : 12.01 Bahan Organik :98.56
Protein Kasar :3.42 Serat Kasar :2.39
Lemak Kasar :0.83 BETN :83.33
Dari sumber pengujian lain, yakni dari pengujian di jurusan GMSK, IPB 2010,
diperoleh data kandungan gizi mocaf sebagai berikut:
- Energi : 146 kal – 358 kal – 365 kal2
- Karbohidrat : 34,7 g – 88.6 g – 77.3 g3
- Protein : 1,2 g – 0,19 g – 8.9 g
- Lemak : 0,3 g – 0,02 g – 1.3 g
- Zat besi : 0,7 mg – 1,58 mg – 1.2 mg
- Kalsium : 33 mg – 20,0 mg – 16.0 mg
- Fosfor : 40 mg – 7,0 mg – 1.2 mg
Sumber : Daftar Kandungan Zat Gizi Bahan Makanan , Jurusan GMSK , IPB 201
Prospek pengembangan bisnis tepung mocaf cukup bagus dilihat dari prospek pasar dan ketersediaan singkong sebagai bahan baku yang berlimpah. Ketersediaan bahan baku singkong yang cukup melimpah di Indonesia dengan harga yang relatif murah, akan menjadi pesaing produk tepung terigu dan meningkatkan pasokan komoditi tepung yang bisa menyubstitusi terigu impor. Dengan biaya produksi yang lebih rendah maka harga jual tepung mocaf bisa lebih murah dibandingkan dengan harga tepung terigu maupun tepung beras. Harga tepung mocaf yang lebih murah dibandingkan dengan terigu menjadi daya tarik yang besar bagi industri-industri makanan yang berbahan baku tepung. Oleh karena itu, tepung mocaf memiliki prospek bisnis yang sangat bagus.
G.2 Proses Pembuatan Tepung Tapioka
Tepung tapioka berbentuk butiran pati yang banyak terdapat dalam sel umbi
singkong. Adapun urutan pengerjaan proses pembuatannya adalah sebagai berikut:
1. Pengupasan dan Pencucian
Singkong terlebih dahulu dikupas kulitnya. Setelah singkong dikupas kemudian
dicuci untuk menghilangkan lendir di bawah kulit. Pencucian dilakukan dalam
bak permanen dan pencucian yang baik adalah air selalu mengalir terus menerus, dengan demikian air selalu diganti.
2. Pemarutan
Selesai pencucian, singkong dimasukkan dalam mesin pemarut untuk diparut menjadi bubur. Mesin parut dicuci dengan air. Air ini mengalirkan bubur ke dalam satu bak dan disinilah bubur dikocok. Dari bak bubur singkong dimasukkan ke alat yang terbuat dari anyaman kawat halus.
3. Pemerasan dan Penyaringan
Pemerasan dan penyaringan dilakukan dengan mesin (saringan getar). Alat penyaring ini terbuat dari anyaman kawat halus yang berlubang kecil-kecil. Bubur dimasukkan dalam alat dan pengairan terus berlangsung. Air dari penyaringan ditapis dengan kain tipis yang dibawahnya disediakan wadah untuk menampung aliran air tersebut. Diatas saringan ampas tertahan, sementara air yang mengandung pati ditampung dalam wadah.
4. Pengendapan
Pengendapan dimaksudkan untuk memisahkan pati murni dari bagian lain
seperti ampas dan unsur-unsur lainnya. Pada pengendapan ini akan terdapat
butiran pati termasuk protein, lemak, dan komponen lain yang stabil dan
kompleks. Jadi akan sulit memisahkan butiran pati dengan komponen lainnya.
Bahkan ini terdapat berbagai senyawa sehingga dapat menimbulkan bau yang
khas. Senyawa alkohol dan asam organik merupakan komponen yang
mempunyai bau khas. Butiran pati yang akan diperoleh berukuran sekitar 4-24
mikron (1 mikron sama dengan 0,001 mm). Sifat kekentalan (viskositas) cairan
tapioka tidak jauh berbeda dengan air biasa. Butiran pati yang berbentuk bulat
dan mempunyai berat jenis 1,5 dan butiran ini harus cepat diendapkan.
Kecepatan endapan sangat ditentukan oleh besarnya butiran pati, keasaman air rendaman, kandungan protein yang ikut, ditambah zat koloidal lainnya. Pengendapan butiran (granula) umumnya berlangsung selama 24 jam dan akan menghasilkan tebal endapan sekitar 30 cm.
5. Pengeringan
Pengeringan disini dimaksudkan untuk menguapkan kandungan air sehingga
diperoleh tepung tapioka yang kering. Untuk itu endapan pati harus segera
dikeringkan. Pengeringan bisa menggunakan sinar matahari, atau pengeringan
buatan. Pengeringan buatan yang sering digunakan adalah batch drier ,oven
drier ,cabinet drier , dan drumdrier . Endapan pati yang terbentuk semi cair ini
mempunyai kandungan air sekitar 40 % dan dengan pengeringan langsung akan
bisa turun sampai 17%. Dalam pengeringan harus diperhatikan faktor suhu
terutama yang menggunakan panas buatan. Suhu jangan melebihi 70 – 800C.
Jadi usahakan pengeringan pada suhu di bawah 700C. Gumpalan-gumpalan pati
setelah keluar dari pengeringan langsung dihancurkan guna mendapatkan tepung
yang diinginkan. Penghancuran dapat melalui rol atau disingrator. Hasil
dari penghancuran ini masih berupa tepung kasar. Untuk memperoleh tepung
yang halus maka perlu disaring atau diayak (Data Agrobisnis Tapioka, 2008).
G.1.3 Pengertian Fermentasi
Fermentasi adalah suatu proses terjadinya perubahan struktur kimia dari
bahan-bahanorganik dengan memanfaatkan aktivitas agen-agen biologis
terutama enzim sebagai biokatalis. Karena bahan ini hasil proses mikrobial maka
disebut produk fermentasi.Teknologi fermentasi merupakan salah satu cara
pengolahan dan pengawetan makanan, baik secara konvensional maupun
modern, dengan memanfaatkan mikroba baik langsung maupuntidak langsung.
Proses reaksi fermentasi :
C6H12O6 2CH3CHOHCOOH + 22,5 kkal Asam laktat
C6H12O6 2CH3CH2OH + 2CO2+ 22 kkal Etil alcohol
H. METODE PELAKSANAAN
H.1 Alat dan bahan yang digunakan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Ketela pohon
2. garam
3. aquadest
4. starter (bahan fermentasi)
5. Fehling A dan Fehling B
6. Glukosa standart
7. NaOH, HCl, n-heksana, Na2SO4, H2SO4, CuSO4.5H2O
8. Indicator pp
Peralatan yang digunakan adalah:
1. stoples,
2. pisau
3. baskom,
4. sendok,
5. panci,
6. pengaduk kayu,
7. kompor,
8. blender,
9. pisau,
10. Erlenmeyer,
11. Beaker glass,
12. Pipet tetes,
13. Pipet volum,
14. Krus porselin,
15. Buret,
16. Labu ukur,
17. Gelas ukur,
18. Autoclave,
19. gelas arloji,
20. Buret,
21. labu khiedjal,
22. labu destilasi,
23. pendingin balik .
H.2 Metode Pelaksanaan Program
Dalam melaksanakan kegiatan ini, berikut tahapan yang kami lakukan:
1. Tahap persiapan
Tahap persiapan adalah tahap dimana kami melakukan studi pustaka,
mengumpulkan sejumlah informasi tambahan dan data pendukung,
berikut penentuan strategi dan pembuatan jadwal dan rincian kegiatan.
2. Tahap survey lapangan
Survey lapangan ini bertujuan untuk meninjau kondisi tempat yang
sesuai dengan kriteria untuk proses produksi tepung MOCAF ini. Hal ini
meliputi mengkaji ketersediaan bahan baku serta kondisi masyarakat
sekitar sebagai pihak yang akan mempengaruhi kegiatan produksi tepung
mocaf ini. Selain itu, pada tahap ini kami juga melakukan silaturahmi ke
stakeholder setempat terkait dengan penelitian yang akan kami lakukan.
3. Tahap persiapan &pengolahan singkong
Pada tahap ini kami mulai penyiapan bahan baku dan peralatan produksi
mocaf dan proses pembuatan mocaf. Singkong yang telah dikumpulkan
dari berbagai wilayah di sekitar Pegunungan Kapur Utara kemudian
kami lakukan pengolahan awal sebelum di olah menjadi tepung. Setelah
selesai pengolahan awal, singkong selanjutnya diolah menjadi teung
mocaf dengan melakukan pemisahan berdasarkan asal singkong itu
diperoleh. Teknik produksi tepung mocaf dari singkong ini sangat
sederhana dan mudah, serta tidak membutuhkan investasi tinggi untuk
skala rumah tangga. Prinsip dasar dari proses produksi tepung mocaf
adalah memodifikasi tepung singkong biasa dengan melakukan
fermentasi antara lain menggunakan bakteri asam laktat, asam asetat atau
enzim. Dengan perlakuan fermentasi tersebut dihasilkan tepung singkong
yang memiliki tekstur lembut, putih dan tidak berbau khas singkong.
4. Tahap pengujian
Tahap berikutnya adalah tahap pengujian laboraorium tepung mocaf
yang dihasilkan dari pengolahan sebelumnya yang meliputi pengujian
kandungan gizi dan mineral, kelayakan konsumsi, dan pengujian kualitas
selanjutnya tahap akhir pengujian sebagai bahan baku untuk pembuatan suatu produk makanan tertentu. Hasil makanannya kemudian diuji cobakan kepada binatang apakah bisa dikonsumsi atau tidak.
5. Tahap evaluasi
Evaluasi ini digunakan sebagai tahapan untuk memperbaiki proses pembuatan dan pengujian tepung mocaf, lalu menyimpulakn singkong jenis mana yang layak untuk diolah sebagai tepung dilanjutkan dengan menyusun strategi untuk mempublikasikan hasil penelitian kepada masyarakat luas khususnya masyarakat petani disekitar Pegunungan Kapur Utara serta para stake holder.
6. Tahap sosialisasi
Merupakan tahap mengenalkan pengolahan singkong lokalmenjadi
tepung mocaf yang telah diuji kepada masyarakat sekitar agar
keberadaan tepung mocaf ini dapat dijadikan alternatif tepung untuk
berbagai keperluan bagi masyarakat. Serta muncul inisiatif dari
masyarakat untuk memproduksinya dengan tujuan dikomersilkan.
I. JADWAL KEGIATAN
BULAN KE- 1 BULAN KE- 2 BULAN KE- 3
kegiatan M1 M2 M3 M4 M1 M2 M3 M4 M1 M2 M3 M4
PERSIAPAN
SURVEY LAPANGAN
PENGOLAHAN AWAL
SINGKONG
PEMBUATAN TEPUNG DAN
PENGUJIAN
EVALUASI HASIL
SOSIALISASI HASIL
PENYUSUNAN LAPORAN
J. RANCANGAN BIAYA
Biaya utama : Rp. 1.900.000,00
Biaya penunjang :Rp. 2.150.000,00
Biaya lain-lain :Rp. 1.750.000,00 +
Total Biaya
Rincian Biaya:
- Biaya utama
Komponen biaya
Bahan baku 200 kg singkong @ 3.000 Bahan kimia (enzim dan lain- lain)
Peralatan penelitian di lab
Uji laboratorium pangan dan gizi
Total biaya
: Rp 5.800.000,00
Alokasi Anggaran
Rp. 600.000,00
Rp. 500.000,00
Rp. 500.000,00
Rp. 300.000,00
Rp. 1.900.000,00
- Biaya penunjang
Komponen biaya Alokasi Anggaran
Sosialisasi ke petani dan pihak terkait di Rp. 250.000,00
lapangan
Peralatan lapangan Rp. 200.000,00
Perijinan lokasi penelitian Rp. 200.000,00
Snack pembantu proses pembutan mocaf Rp. 1.500.000,00
20 orang @ 15.000 per hari selama 5
hari
Total biaya Rp. 2.150.000,00
- Biaya lain- lain
Komponen biaya Alokasi Anggaran
Dokumentasi Rp. 250.000,00
Publikasi hasil penelitian Rp. 450.000,00
Penyusunan laporan Rp. 150.000,00
Akomodasi Rp. 390.000,00
Total biaya Rp. 1.750.000,00
K. DAFTAR PUSTAKA
(file:///K:/MOCAF/Apa%20Itu%20Tepung%20MOCAF%20_%20Kolom%20Pemu da%20.Com.htm)
(file:///K:/MOCAF/%E2%80%9C-mocaf-%E2%80%9D-primadona-tepung-
alternatif-penggani-terigu.html)
file:///K:/MOCAF/Bisnis Tepung Mocaf, Atasi Krisis Terigu Impor.html
file:///K:/MOCAF/Modified%20Cassava%20Flour%20%28MOCAF%29.html
file:///K:/MOCAF/pemasaran_tepung_cassava_fermentasi__mocaf___masih_banyak _kendala.html
file:///K:/MOCAF/USAHA%20TEPUNG%20MOCAF,TEPUNG%20MOCAR,PEL UANG%20USAHA%20TEPUNG%20MOCAF,MOCAF.html
http://mocafindonesia.blogspot.com/
http://wara-hapsari.blogspot.com/2012/02/mocaf-alternatif-pengganti-tepung.html
LAMPIRAN
1. BIODATA KETUA serta ANGGOTA KELOMPOK
Ketua Kelompok :
Nama : Mohamat Ansori
TTL : Grobogan, 30 mei 1990
Agama : Islam
Alamat rumah/asal, kode pos : Ngloco, Rt 01/06, Selo, Tawangharjo, Kab. Grobogan
No. Telp : 085640043612
e-mail : anzorryna.01@gmail.com
Riwayat Organisasi : Anggota OSIS SMPN 1 Tawangharjo
: Anggota PRAMUKA SMPN 1 Tawangharjo
: Staff Dept. Kebijakan Publik BEM KM FT UNDIP
: Staff Dept. BPMAI FSMM FT UNDIP
: Ketua Dept. Kaderisasi IIC 2012
: Anggota FITT Fakultas Teknik UNDIP
: Staff Creative and Bussiness IMA SC UNDIP
: staff Kementrian Sosial Politik BEM KM UNDIP
Prestasi
:-* Peserta Terbaik 3 LKMM Pra DASAR HMTI 2010 :-* Peserta Terbaik 4 LKMM DASAR 2012 BEM KM FPIK UNDIP
Mengetahui,
Mohamat Ansori
NIM. 21070110130079
Anggota Kelompok I:
Nama : Sugiarti Norvia
NIM : 25010110141052
TTL : Semarang, 28 November 1992
Alamat : Jl.Minto jiwo dalam 1/26 Semarang.
No. Telp : 085740554054
e-mail : norvia.sn@gmail.com
Mengetahui,
Sugiarti Norvia
NIM. 24030110130052
2. BIODATA DOSEN PENDAMPING
Nama Lengkap : Susatyo Nugroho.W.P, ST, MM
Jabatan / Gol./ NIP : Dosen Kemahasiswaan / IVD / 19690311 199702 1 001
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. Lamongan Barat I/11, Semarang.
Telepon : 0878 3202 1969
Mengetahui,
Susatyo Nugroho.W.P, ST, MM
19690311 199702 1 00
3. Peta Pegunungan Kapur Utara (Kendeng Utara) Jawa Tengah
Gambar 3. Lokasi Pegunungan Kendeng Utara Di Jawa Tengah
4. Gambar proses tahapan pembuatan tepung mocaf
Pencucian dan Pengupasan Singkong kupas di bersihkan
Pemberian Enzim dan Perendaman
Perajangan/ pemotongan Singkong.
Pengeringan dengan Matahari Mesin Penepung Tepung Mocaf
Gambar 4. Skema Pembuatan Mocaf
Pengoptimalan kertas HVS bekas dengan menggunakan metode hidrolisis enzim selulase dari trichoderma viride sebagai penghasil bioetanol
- A. Judul Program
Pengoptimalan kertas HVS bekas dengan menggunakan metode hidrolisis enzim selulase dari trichoderma viride sebagai penghasil bioetanol
- B. Latar Belakang Masalah
Meningkatnya jumlah penduduk Indonesia mengakibatkan meningkatnya kebutuhan manusia akan sumber energi yang digunakan untuk berbagai aktivitas. Hal ini mengakibatkan peningkatan kebutuhan manusia terhadap bahan bakar minyak (BBM). BBM berbasis minyak bumi merupakan suatu sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Oleh karena itu, semua aktivitas manusia akan terhambat dengan menipisnya bahan bakar ini.
Pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional untuk mengembangkan sumber energi alternatif sebagai pengganti BBM (Prihandana, 2007). Dimana sumber energi alternatif tersebut dapat digunakan sebagai pengganti BBM yang jumlahnya sangat terbatas. Kebijakan energi nasional menargetkan pada tahun 2000-2025 sebesar 5% kebutuhan energi nasional harus dapat dipenuhi melalui pemanfaatan biofuel sebagai energi baru. Salah satu sumber energi alternatif yang dapat digunakan adalah bioetanol yang dapat dihasilkan dari berbagai tanaman.
Bioetanol dapat dihasilkan dari berbagai tanaman, maupun bahan yang terdapat glukosa. Namun, bahan lain yang merupakan penghasil selulosa dapat juga digunakan sebagai bioetanol bila dihidrolisis terlebih dahulu menjadi glukosa. Kertas sebagai material yang mengandung kandungan selulosa yang cukup tinggi, merupakan salah satu alternatif bahan baku yang potensial untuk dapat dikonversikan menjadi etanol (Taruna dkk, 2010). Kertas bekas yang telah digunakan untuk aktivitas manusia dapat dimanfaatkan sebagai sumber penghasil etanol.
Konsumsi kertas di Indonesia terus meningkat satu kilogram (kg) per kapita tahun atau sekitar 220 ribu ton. Kertas yang telah digunakan, biasanya hanya akan dibuang dan menjadi tumpukan sampah yang menimbulkan masalah baru seperti pembakaran kertas yang dapat menimbulkan efek rumah kaca, menipisnya lapisan ozon, menimbulkan bau yang tidak sedap, dll.
Oleh karena itu, untuk mengoptimalkan penggunaan kertas bekas, dilakukan hidrolisis selulosa kertas dengan enzim selulase dari trichoderma viride menjadi glukosa. Glukosa hasil hidrolisis difermentasi dengan saccharomyces cereviseae dari yeast untuk menjadi bioetanol. Bioetanol berfungsi sebagai sumber energi alternatif pengganti BBM.
- C. Perumusan masalah
Proses produksi bioetanol memerlukan bahan yang mengandung glukosa untuk dapat difermentasi. Namun, dalam kehidupan sehari-hari banyak bahan hasil aktivitas tak terpakai yang dapat diubah menjadi glukosa. Kertas HVS merupakan bahan penghasil selulosa cukup tinggi yang dapat dihidrolisis menjadi glukosa. Material ini dihidrolisis dengan enzim selulase dari trichoderma viride. Hidrolisis enzimatis dengan enzim selulase memiliki beberapa keuntungan dibandingkan hidrolisis asam, antara lain: tidak terjadi degradasi gula hasil hidrolisis, kondisi proses yang dibutuhkan lebih lunak (suhu rendah, pH netral), dapat dilakukan pada temperatur ruang dan tekanan atmosfer, berpotensi memberikan hasil yang tinggi, dan biaya pemeliharaan peralatan relative rendah karena tidak ada bahan yang korosif (Taherzadeh & Karimi, 2007), selain itu, hidrolisis enzimatis ini tidak menggunakan asam sehingga ramah lingkungan. Trichoderma viride digunakan karena mudah didapatkan dan menghasilkan enzim selulase yang cukup tinggi.
- D. Tujuan Program
Penelitian ini bertujuan untuk membuat bioetanol dengan menggunakan selulosa kertas HVS bekas melalui hidrolisis enzim selulase dari trichoderma viride dan fermentasi glukosa dengan saccharomyces cereviseae dari yeast.
- E. Luaran yang Diharapkan
Dari penelitian ini diharapkan kertas HVS bekas dapat termanfaatkan lebih baik dan tepat guna sebagai bahan dasar penghasil bioetanol sumber energi alternatif pengganti BBM. Hal ini menjadi solusi mengatasi kelangkaan sumber energi di Indonesia dan mendatangkan keuntungan finansial serta membuka lapangan pekerjaan baru.
- F. Kegunaan Program
- Memperoleh produk bioetanol sebagai sumber energi alternatif pengganti BBM.
- Mengurangi limbah kertas HVS hasil pemakaian dalam perkantoran dan kehidupan sehari-hari, dimana menimbulkan masalah baru seperti pembakaran kertas yang dapat menimbulkan efek rumah kaca, menipisnya lapisan ozon, menimbulkan bau yang tidak sedap, dll.
- Salah satu solusi efektif dalam mengatasi krisis atau kelangkaan sumber energi yang terjadi di Indonesia khususnya dan dunia pada umumnya.
- Mengurangi dampak pencemaran dan bahaya lingkungan akibat penggunaan asam pada hidrolisis selulosa menjadi glukosa.
G. Tinjauan Pustaka
Klasifikasi Kertas Bekas
Komposisi kertas HVS sebagian besar terdiri dari selulosa dibandingkan dengan kandungan lignin atau hemiselulosa. Kandungan selulosa pada kertas HVS, mampu mencapai 90% berat. Makin tinggi kandungan selulosa pada kertas maka jumlah glukosa yang dihasilkan pada proses hidrolisis akan lebih besar sehingga akan memungkinkan jumlah etanol yang terproduksi juga akan semakin besar (Taruna, dkk. 2010).
Jumlah etanol yang rendah yang dihasilkan dari pengolahan kertas buram, dikarenakan jumlah lignin yang cukup besar yang dikandung oleh kertas buram. Lignin merupakan komponen fenolik yang tidak mengandung gugus glukosa, maka produk degradasi lignin tidak dapat difermentasikan menjadi alkohol (Taruna, dkk. 2010).
Komponen Lignoselulosa
Selulosa
Selulosa adalah salah satu komponen utama dari lignoselulosa yang terdiri dari unit monomer D-glukosa yang terikat pada ikatan 1,4-glikosidik. Selulosa cenderung membentuk mikrofibril melalui ikatan inter dan intra molekuler sehingga memberikan struktur yang larut. Mikrofibril selulosa terdiri dari 2 tipe, yaitu kristalin dan amorf.
Selulosa adalah karbohidrat yang paling melimpah dan mudah diperbarui. Akhir-akhir ini, banyak peneliti mengungkapkan bahwa limbah yang mengandung selulosa dapat digunakan sebagai sumber gula yang murah dan mudah didapat untuk menggantikan bahan pati dalam proses fermentasi (Graf & Koehler, 2000). Sumber selulosa yang dapat digunakan diantaranya adalah sisa-sisa produk pertanian dan hasil hutan, kertas bekas, dan limbah industri (White, 2000).
Hemiselulosa
Hemiselulosa merupakan salah satu penyusun dinding sel tumbuhan selain selulosadan lignin, yang terdiri dari kumpulan beberapa unit gula atau disebut heteropolisakarida, dan dikelompokkan berdasarkan residu gula utama sebagai penyusunnya seperti xylan, mannan, galactan dan glucan.Hemiselulosa terikat dengan polisakarida, protein dan lignin dan lebih mudah larut dibandingkan dengan selulosa.
Lignin
Lignin adalah bagian utama dari dinding sel tanaman yang merupakan polimer terbanyak setelah selulosa. Lignin yang merupakan polimer aromatik berasosiasi dengan polisakarida pada dinding sel sekunder tanaman dan terdapat sekitar 20-40% .Komponen lignin pada sel tanaman (monomer guasil dan siringil) berpengaruh terhadap pelepasan dan hidrolisis polisakarida (Anindyawati, T. 2009).
Enzim-Enzim Pendegradasi Lignoselulosa
Selulase
Selulase dapat diproduksi oleh fungi, bakteri, dan ruminansia.Produksi enzim secara komersial biasanya menggunakan fungi atau bakteri. Fungi yang bisa menghasilkan selulase antara lain genus Tricoderma, Aspergillus, dan PenicilliumSedangkan bakteri yang bisa menghasilkan selulase adalah Pseudomonas, Cellulomonas, Bacillus, Micrococcus, Cellovibrio, dan Sporosphytophaga. (Sa’adahdkk.,2007).
Tricodherma viridae
Trichoderma viride merupakan kelompok fungi tanah sebagai penghasil selulase yang paling efisien (Davidek et al., 1990). Aplikasi selulase sangat terpakai di dunia industri, dimana enzim ini dapat mengkonversi materi biomassa suatu tumbuhan seperti selulosa menjadi bioproduk yang berguna seperti gula (glukosa) dan bioetanol.(Rapp et al. 1981; Srivastava et al. 1984; Schmid et al. 1987; Kwon et al. 1992; Saha et al. 1995). Keuntungan fungi tersebut sebagai sumber selulase adalah menghasilkan selulase lengkap dengan semua komponen-komponen yang dibutuhkan untuk hidrolisis total selulosa kristal dan protein selulosa yang dihasilkan cukup tinggi.
Trichoderma viride banyak digunakan dalam penelitian karena memiliki beberapa keuntungan, dinataranya adalah: 1. Selulase yang diperoleh mengandung semua komponen-komponen yang diperlukan untuk proses hidrolisis seluruh kristal selulosa. 2. Protein selulase dihasilkan dalam kualitas sangat tinggi. Dijelaskan oleh Gilbert dan Tsao (1983), selulase yang dihasilkan oleh Trichoderma viride mengandung komponen terbesar berupa selobiase dan β-1,4-glukan-selobiohidrolase (C1), sementara β-1,4-glukan-selobiohidrolase (Cx) terdapat dalam jumlah kecil. Selulase yang diproduksi mengandung asam-asam amino tertentu, yaitu : 1. Golongan asam amino yang bersifat asam : aspartat dan glutamat. 2. Golongan asam amino polar : serin, treonin, dan glisin. 3. Sebagian kecil asam amino dasar. 4. Sebagian kecil golongan asam amino sulfur. Semua enzim ini bersifat hidrolitik dan bekerja baik secara berturut-turut atau bersamaan. Selobiohidrolase adalah enzim yang mempunyai afinitas terhadap selulosa tingkat tinggi yang mampu memecah selulosa kristal. Sedangkan endoglukanase bekerja pada selulosa amorf (Coughalan, 1989). Selanjutnya dijelaskan selobiohidrolase memecah selulosa melalui pemotongan ikatan hidrogen yang menyebabkan rantai-rantai glukosa mudah untuk dihidrolisis lebih lanjut. Hidrolisa selanjutnya berlangsung sehingga diperoleh selobiosa dan akhirnya glukosa dilakukan oleh enzim β–glukonase dan β–glukosidase. Keunggulan – keunggulan inilah yang menyebabkan Trichoderma viride dapat dimanfaatkan dalam usaha untuk meningkatkan efesiensi pembuatan bioetanol.
Saccharomyces cereviseae
Saccharomyces cerevisiae dapat memproduksi etanol dalam jumlah besar dan mempunyai toleransi terhadap alkohol yang tinggi. Selain Saccharomyces cerevisiae, Zymomonas mobilis juga sangat potensial, namun bakteri ini perlu dikembangkan lebih lanjut, karena toleransinya yang rendah terhadap garam dalam media dan membutuhkan media yang steril, sehingga menyulitkan untuk aplikasi skala industri (Iida, dkk., 1993; Saroso, 1998; Hepworth, 2005). Oleh karena itu Ragi (Saccharomyces cerevisiae) adalah mikroorganisme penghasil etanol yang paling dikenal saat ini. Efisiensi fermentasi dapat ditingkatkan dengan cara mengamobilisasi sel mikroorganisme yang digunakan. Amobilisasi sel bertujuan untuk membuat sel menjadi tidak bergerak atau berkurang ruang geraknya sehingga sel menjadi terhambat pertumbuhannya dan subtrat yang diberikan hanya digunakan untuk menghasilkan produk.
Analisa Kertas HVS Bekas Pakai
Kompleksnya kandungan yang terdapat pada limbah kertas harus diperhatikan. Karena kekompleksan ini bisa menjadi kendala utama dalam memproduksi selulosa pada limbah kertas. Lignin dan Hemiselulosa pada kertas menjadi salah satu faktor penghalang utama pada reaksi hidrolisis selulosa (Xiang et.al.,2003). Struktur lignin sangat kuat karena tersusun dari gugus aromatik yang sangat panjang. Setiap gugus aromatik yang terdapat pada lignin dihubungkan oleh rantai karbon yang memiliki gugus eter. Akibatnya selulosa dan hemiselulosa sukar diurai menjadi glukosa. Adanya lignin yang masih menutupi atau melindungi selulosa dan hemiselulosa sehingga enzim selulase tidak dapat masuk dan berikatan dengan selulosa (Elba, 2006).
Selain komponen lignin dan hemiselulosa, jenis pengotor lainnya yaitu toner, pigmen, kandungan logam pada kertas, dan beberapa pengotor lainnya, juga akan mempengaruhi jumlah etanol yang dihasilkan. Dengan tingginya kandungan pengotor pada kertas akan menghambat laju reaksi hidrolisis pada kertas (Taruna dkk.,2010). Jika limbah kertas langsung memasuki tahap hidrolisis tentu akan sangat mengurangi produksi etanol yang dihasilkan karena faktor pengotor tersebut. Oleh karena itu, butuh perlakuan awal sebelum proses hidrolisis agar didapatkan selulosa yang sangat mudah untuk dihidrolisis pada tahap selanjutnya. Selulosa yang mengalami tahap pretreatment akan menunjukkan laju reaksi hidrolisis yang lebih cepat jika dibandingkan dengan selulosa yang tidak mengalami tahap pretreatment (Xiang et.al.,2003). Dengan adanya tahap perlakuan awal maka struktur lignoselulosa menjadi struktur yang acak dan relatif lebih terbuka sehingga memudahkan akses enzim selulase dalam menguraikan selulosa menjadi glukosa (Elba, 2006).
Menurut Hendra Taruna dkk.(2010), ada dua alternatif utama untuk mendapatkan selulosa dari limbah kertas HVS yang susceptible untuk reaksi hidrolisis. Alternatif pertama dengan merubahnya kembali menjadi pulp dengan proses alkaline peroxide bleaching. Alternatif kedua adalah dengan hanya merubah struktur selulosa yang kristalin menjadi amorf dengan penambahan asam sulfat.
Untuk memudahkan proses ini, HVS yang bertinta dan tidak bertinta dipisahkan. Klasifikasi limbah kertas berdasarkan jenis tinta bertujuan untuk mengetahui efek tinta terhadap jumlah etanol yang dihasilkan (Tarunadkk, 2010).
Ada dua metode yang digunakan untuk proses pretreatment limbah kertas HVS ini yaitu peroxide pretreatment dan acid pretreatment. Limbah kertas HVS yang mengandung tinta fleksografi berwarna menghasilkan jumlah etanol lebih tinggi jika dibandingkan dengan kertas yang dicetak dengan elektrofotografi, hal tersebut mengindikasikan bahwa tinta berwarna mengandung pigmen organik yang lebih mudah terdegradasi pada proses acid pretreatment. Tinta ini merupakan bahan yang dapat larut dalam larutan alkali sehingga proses penghilangan tinta dapat dilakukan dengan lebih mudah.
Sedangkan pada proses peroxide bleaching pada suasana basa, hidrogen peroksida akan bereaksi sebagai radikal OH· ataupun ion OOH– yang merupakan produk dekomposisi dari hidrogen peroksida (Ensiklopedia, 1995). Radikal dan ion yang tebentuk akan menyerang gugus aromatik pada lignin dan pada tinta organik, yang umumnya merupakan senyawaan aromatik yang memiliki ikatan rangkap yang mudah terdekomposisi melalui reaksi oksidasi ataupun reduksi oleh hidrogen peroksida (Tarunadkk,2010).
Tahap peroxide pretreatment menghasilkan jumlah etanol yang lebih rendah jika dibandingkan dengan pengolahan limbah kertas HVS dengan menggunakan metode acid pretreatment. Rendahnya jumlah etanol yang dihasilkan pada proses peroxide pretreatment diakibatkan terjadinya fiber loss. Terjadinya fiber loss disebabkan adanya reaksi oksidasi ataupun mekanisme reaksi peeling dan chain scission oleh peroksida yang akan menurunkan jumlah selulosa yang terhidrolisis. Reaksi peeling dan chain scission terjadi karena terbentuknya oksigen pada peroxide pretreatment, di mana oksigen ini juga dapat merusak struktur monosakarida sehingga berefek pada penurunan jumlah etanol yang dihasilkan (Taruna, H., dkk., 2010). Oleh karena itu, metode acid pretreatment lebih mudah digunakan dan jumlah etanol yang diperoleh lebih banyak daripada metode peroxide pretreatment.Pada acid pretreatment struktur lignin terdegradasi sehingga selulosa mudah diperoleh.
Hidrolisis Selulosa
Setelah melalui proses pretreatment pada limbah kertas HVS, kemudian dilakukan proses hidrolisis dari selulosa yang diperoleh dari tahap awal. Hidrolisis selulosa merupakan proses pemutusan ikatan b-1,4-glikosida pada selulosa. Proses hidrolisis ini merupakan proses penting untuk menghasilkan etanol yang dapat dibuat dari fermentasi glukosa yang diperoleh dari hasil hidrolisis selulosa. Hidrolisis selulosa dari limbah kertas HVS akan menghasilkan etanol yang cukup banyak dikarenakan kandungan selulosa pada kertas HVS ini mencapai 90% (Tarunadkk, 2010).
Gambar 1. Struktur Selulosa
Proses hidrolisis selulosa dapat dilakukan dengan metode hidrolisis asam dan enzimatis. Secara teoritis, proses hidrolisis dengan menggunakan asam sulfat dengan konsentrasi yang rendah akan menghasilkan yield glukosa hingga 50% dalam waktu yang cukup singkat (Xiang et.al.,2003). Rendahnya yield glukosa ini disebabkan oleh adanya degradasi gula hasil hidrolisis yang terbentuk karena temperatur reaksi yang digunakan sangat tinggi .Temperatur yang dibutuhkan adalah mencapai 200oC.Degradasi gula tersebut tidak hanya menurunkan konversi reaksi, namun juga dapat meracuni mikroorganisme pada saat reaksi fermentasi pada pembentukan etanol (Anonim, 2010).
Penggunaan asam pekat untuk proses hidrolisis selulosa dilakukan pada temperatur yang lebih rendah daripada asam encer.Temperatur reaksi adalah 100oC dan membutuhkan waktu reaksi antara 2 dan 6 jam.Temperatur yang lebih rendah meminimalisasi degradasi gula.Penggunaan asam pekat ini memiliki keuntungan yaitu konversi gula yang dihasilkan tinggi bisa mencapai konversi 90% (Badger, 2002).Kekurangan reaksi ini adalah waktu reaksi yang dibutuhkan lebih lama dibandingkan dengan penggunaan asam sulfat encer dan membutuhkan proses pencucian yang baik untuk mencapai pH reaksi sebelum ditambahkan mikroba pada proses fermentasi pembentukan etanol. Penggunaan asam sulfat juga dibutuhkan pada proses netralisasi yang menghasilkan limbah gypsum atau kapur yang sangat banyak dan dapat mencemari lingkungan (Taherzadeh & Karimi, 2007).
Gambar 2.Mekanisme hidrolisis selulosa dengan asam (Xiang, et.al.,2003).
Asam sulfat merupakan asam yang paling banyak diteliti dan dimanfaatkan untuk hidrolisis asam.Namun, kekurangan menggunakan metode ini adalah kurang ramah lingkungan.Terlebih lagi adalah bahaya zat asam yang digunakan terhadap kesehatan manusia.Di sisi lain, Hidrolisis asam pekat juga membutuhkan biaya investasi dan pemeliharaan yang tinggi, hal ini mengurangi ketertarikan untuk komersialisasi proses ini (Taherzadeh & Karimi, 2007).
Proses hidrolisis dengan menggunakan enzim, telah banyak digunakan. Karena enzim selulase yang digunakan untuk memecah selulosa kini telah banyak dikembangkan dari berbagai tanaman dan hewan serta mudah diperoleh.Enzim selulase yang digunakan untuk menghidrolisis selulosa banyak digunakan di bidang perindustrian.Salah satu penghasil enzim selulase ini adalah jamur dan bakteri.Kondisi pH optimum untuk jamur penghasil selulase umumnya bersifat asam.pH optimum aktivitas enzim selulase berkisar pada pH 4,5 – 6,5 (Susilawati, dkk., 2002). Salah satu jamur yang penghasil selulase adalah Jamur T. viride tumbuh baik pada suhu 550C dengan menghasilkan kadar gulapereduksi paling tinggi, yaitu sebesar 0,5676 mg/mL(Susilawati dkk., 2002). Satu unit aktivitas selulase didefinisikan sebagai jumlah enzim yang menghasilkan 1 μmol glukosa dalam satu menit. Satu unit aktivitas setara dengan 16,67 nkat (Dybkaer,2001).
Gambar 3. Mekanisme hidrolisis selulosa dengan enzim (Tomas et.al., 2010)
Aplikasi hidrolisis menggunakan enzim secara sederhana dilakukan dengan mengganti tahap hidrolisis asam dengan tahap hidrolisis enzim pada selulosa. Hidrolisis enzimatis memiliki beberapa keuntungan dibandingkan hidrolisis asam, antara lain: tidak terjadi degradasi gula hasil hidrolisis, kondisi proses yang lebih lunak (suhu rendah, pH netral) dapat dilakukan pada temperatur ruang dan tekanan atmosfer, berpotensi memberikan hasil yang tinggi, dan biaya pemeliharaan peralatan relatif rendah karena tidak ada bahan yang korosif (Taherzadeh & Karimi, 2007), efisisensi reaksi tinggi karena enzim bersifat selektif sehingga pembentukan produk samping dapat diminimalisasi. Kelemahan menggunakan enzim memang memerlukan waktu yang lebih lama daripada dengan menggunakan asam tetapi lebih ramah lingkungan.Waktu yang dibutuhkan bisa mencapai 72 jam.
Oleh karena itu, jika melihat suatu proses yang mengarah pada Green Chemistry dan hasil yang lebih baik ,metode hidrolisis dengan menggunakan enzim lebih baik digunakan daripada menggunakan hidrolisis asam.
Fermentasi Glukosa Menjadi Etanol
Proses ini merupakan tahap lanjut dari proses hidrolisis selulosa dengan asam ataupun enzim yang menghasilkan glukosa. Setelah proses hidrolisis kemudian dilakukan fermentasi menggunakan yeast seperti S. cerevisiae untuk mengkonversi menjadi etanol.
Proses hidrolisis dan fermentasi ini akan sangat efisien dan efektif jika dilaksanakan secara berkelanjutan tanpa melalui tenggang waktu yang lama, hal ini yang sering dikenal dengan istilah Simultaneous Sacharificatian danFermentation (SSF) (Samsuri dkk., 2007).
SSF yaitu kombinasi antara hidrolisis menggunakan enzim selulase dan yeast S. cerevisiae untuk fermentasi gula menjadi etanol secara simultan. Proses SSF sebenarnya hampir sama dengan dengan proses yang terpisah antara hidrolisis dengan enzim dan proses fermentasi, hanya dalam proses SSF hidrolisis dan fermentasi dilakukan dalam satu reaktor (Takagiet. al, 1977).
Keuntungan dari proses ini adalah polisakarida yang terkonversi menjadi monosakarida tidak kembali menjadi poliskarida karena monosakarida langsung difermentasi menjadi etanol. Selain itu, dengan menggunakan satu reaktor dalam prosesnya akan mengurangi biaya peralatan yang digunakan (Samsuridkk., 2007).
Proses fermentasi yang terjadi pada kondisi anaerob oleh S. Cerevisiae
C6H12O6 S. Cerevisiae C2H5OH + 2CO2
Saccharomyces cerevisiae merupakan mikroorganisme yang palingbanyak digunakan pada fermentasi alkohol karena dapat berproduksi tinggi, tahanterhadap kadar alkohol yang tinggi, tahan terhadap kadar gula yang tinggi dan tetapaktif melakukan aktivitasnya pada suhu 4 – 32oC (Kartika et.al.,1992).
Untuk mendapatkan bioetanol dengan kemurnian tinggi, harus dilakukan proses pemurnian dengan cara destilasi. Destilasi dilakukan untuk memisahkan etanol dari broth fermentasi yang sebagian besar adalah air.Untuk mendapatkan etanol sampai dengan kemurnian 95% volume, dilakukan destilasi bertingkat dengan mengumpankan hasil destilasi pertama ke unit destilasi selanjutnya. Dengan demikian, teknologi proses yang efektif menggunakan bahan baku lignoselulosa dapat menghasilkan produk bioetanol untuk memenuhi kebutuhan jangka panjang. (Anindyawati, 2009).
- H. Metode Pelaksanaan Program
Penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahapan, yaitu tahap acid pretreatment untuk memisahkan antara lignin, hemiselulosa, dan selulosa. Tahap selanjutnya yaitu hidrolisis selulosa dengan enzim selulase dari trichoderma viride. Produk yang dihasilkan merupakan glukosa yang kemudian dilakukan tahap fermentasi dengan saccharomyces cereviseae dari yeast untuk menghasilkan bioetanol.
H.2. Alat dan Bahan
H.2.1. Peralatan
Peralatan yang digunakan adalah adalah peralatan gelas, fermentor, destilat, evaporator, gelas beker, pipet tetes.
H.2.2. Bahan-bahan
Bahan-bahan yang digunakan adalah asam pekat, trichoderma viride, yeast/ragi, dan air
H.3. Cara Kerja
H.3.1 Acid Pretreatment
Untuk memudahkan proses ini, HVS yang bertinta dan tidak bertinta dipisahkan. Struktur selulosa pada kertas HVS yang kristalin menjadi amorf dengan penambahan asam sulfat. Kertas dihancurkan hingga menjadi bubur
H.3.2 Hidrolisis Selulosa menjadi glukosa
Hidrolisis Asam
Penggunaan asam pekat untuk proses hidrolisis selulosa dilakukan pada temperatur yang lebih rendah daripada asam encer. Temperatur reaksi adalah 100oC dan membutuhkan waktu reaksi antara 2 dan 6 jam. Temperatur yang lebih rendah meminimalisasi degradasi gula. Penggunaan asam pekat ini adalah memiliki keuntungan yaitu konversi gula yang dihasilkan tinggi bisa mencapai konversi 90% (Badger, 2002). Kekurangan reaksi ini adalah waktu reaksi yang dibutuhkan lebih lama dibandingkan dengan penggunaan asam sulfat encer dan membutuhkan proses pencucian yang baik untuk mencapai pH reaksi sebelum ditambahkan mikroba pada proses fermentasi pembentukan etanol.
Hidrolisis Enzimatis
Hidrolisis menggunakan enzim secara sederhana dilakukan dengan mengganti tahap hidrolisis asam dengan tahap hidrolisis enzim pada selulosa. Hidrolisis enzimatis dengan enzim selulase memiliki beberapa keuntungan dibandingkan hidrolisis asam, antara lain: tidak terjadi degradasi gula hasil hidrolisis, kondisi proses yang dibutuhkan lebih lunak (suhu rendah, pH netral), dapat dilakukan pada temperatur ruang dan tekanan atmosfer, berpotensi memberikan hasil yang tinggi, dan biaya pemeliharaan peralatan relative rendah karena tidak ada bahan yang korosif (Taherzadeh & Karimi, 2007), selain itu, hidrolisis enzimatis ini tidak menggunakan asam sehingga ramah lingkungan.
H.3.3 Fermentasi Glukosa menjadi Etanol
Setelah proses hidrolisis selulosa dengan asam ataupun enzim yang menghasilkan glukosa kemudian dilakukan fermentasi menggunakan yeast seperti S. cerevisiae untuk mengkonversi menjadi etanol.
H.3.4 Destilasi dan Dehidrasi
Etanol hasil fermentasi kemudian di destilasi dan dilakukan dehidrasi untuk menghilangkan air.
- I. Jadwal Kegiatan Program
Tabel Jadwal Kegiatan PKMP
Kegiatan |
Bulan 1 |
Bulan 2 |
Bulan 3 |
Bulan 4 |
Bulan 5 |
1. Penyiapan Alat, Bahan |
|
|
|
|
|
2. Percobaan Laboratorium |
|
|
|
|
|
3. Analisa Laboratorium |
|
|
|
|
|
4. Analisa Data |
|
|
|
|
|
5. Studi Pustaka |
|
|
|
|
|
6. Penyusunan Laporan |
|
|
|
|
|
- J. Rancangan Biaya
No. |
Rekapitulasi Biaya Penelitian
|
Jumlah Pengeluaran |
1. |
Bahan habis pakai |
Rp 3.750.000,- |
2. |
Peralatan penunjang PKMP |
Rp 350.000,- |
3. |
Biaya perjalanan |
Rp 800.000,- |
4. |
Biaya analisis |
Rp 4.150.000,- |
5. |
Penyusunan dan penggandaan laporan |
Rp 550.000,- |
4. |
Biaya pengeluaran lain-lain |
Rp. 400.000,- |
|
Jumlah |
Rp. 10.000.000,- |
|
- K. DAFTAR PUSTAKA
Anindyawati, T. 2009. Prospek Enzim Dan Limbah Lignoselulosa Untuk Produksi Bioetanol. Pusat Penelitian Bioteknologi-LIPI.
Castello, R., dan Chum, H. (1998).Biomass, bioenergi dan carbon management. In “Bioenergi ’98: Expdaning Bioenergi Partnerships” (D. Wichert, ed.). pp. 11-17.
Chandel, A. K., E.S. Chan., R. Rudravaram, M. L.Narasu, L. V. Rao, and P. Ravindra. 2007. Economics and Environmental Impact ofBioethanol Production Technologies : AnAppraisal. Biotechnology and Molecular Biology Review Vol. 2 (1), 14-32.
Dian S., Saadah D., Shabarni G. 2007. Degradasi Enzimatik Selulosa Dari Batang Pohon Pisang Untuk Produksi Glukosa Dengan Bantuan Aktivitas Selulolitik Trichoderma viride. Laporan Penelitian Dasar (Litsar) Universitas Padjadjaran.
Elba, Bon P. S.. 1996. Ethanol Production Via Enzymatic Hydrolisis of Sugar-Cane Bagasse and Straw. Chemistry Institute Federal University of Rio de Jenero, (Online), (http//www.fiesp.com.br/agencianoticias/2007/05/15/elba.bon.pdf, diakses 3Maret 2009).
Gerhatz, W. 1990.Enzyme in Industry :Production and Application. VCH Verlagsgesellschaaft mbH, D 6940 Weinheim. p. 81-82.
Graf, A. & Koehler, T. 2000.Oregon Cellulose-Ethanol study.An Evaluation of the potential for ethanol production in Oregon using cellulose-based feedstock.Oregon Office of Energy. Oregon.
Kartika, B., A.D. Guritno, D. Purwadi, D. Ismoyowati. 1992. Petunjuk Evaluasi Produk Industri Hasil Pertanian. PAU Pangan dan Gizi UGM.Yogyakarta. Kompas, 2010.Edisi 13 Maret 2010. Bandung.
Kunaepah,U. 2008. Pengaruh Lama Fermentasi Dan Konsentrasi Glukosa Terhadap Aktivitas Antibakteri, Polifenol Total Dan Mutu Kimia Kefir Susu Kacang Merah. Tesis Untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat S-2. Universitas Dipenegoro.
Lee, S. S., J. K. Ha, H. S. Kang, T. McAllister, and K.-J.Cheng. 1997. Overview of energymetabolism, substrate utilization and fermentationcharacteristics of ruminal anaerobic fungi. Korean J. Anim. Nutr. Feedstuffs 21:295–314.
Lin, Yan, and S. Tanaka. 2006. Ethanol fermentation from biomass reseources : current state and prospects. Appl.Microbiol. Biotechnol. 69: 627-642.
Maryana, R. 2006. Pengembangan Bioetanol dari Starchy Materials dan Lignoselulosa Sebagai Salah Satu Energi Alternatif. Prosiding Seminar Nasional Kimia danPendidikan. Hal 206-212.
Perez, J., J.M. Dorado, T. Rubia, and J. Martinez. 2002. Biodegradation and biologicaltreatments of cellulose, hemicellulose andlignin : an overview. Int. Microbiol 5: 53-63.
Prihandana.2007. Bioetanol Ubi kayu Bahan Bakar Masa Depan.Agromedia. Jakarta.
Qian Xiang et.al., 2003, Heterogeneous Aspects Of Acid Hydrolysis Of a Cellulose, Humana Press, Vol 105-108. R. Dybkaer, Pure Appl Chem 73 (2001) 927.
Sa’adah D., Shabarni, G., 2007. Degradasi Enzimatik Selulosa Dari Batang Pohon Pisang Untuk Produksi Glukosa Dengan Bantuan Aktivitas Selulolitik Trichoderma viride. Lembaga Penelitian Universitas Padjajaran.
Samsuri, M., M. Gozan, R. Mardias, M. Baiquni, H. Hermansyah, A. Wijanarko, B. Prasetya, dan M. Nasikin. 2007. Pemanfaatansellulosa bagas untuk produksi etanolmelalui sakarifikasi dan fermentasiserentak dengan enzim xylanase. Makara, Teknologi Vol. 11 No. 1, 17-24.
Shallom, D. and Y. Shoham. 2003. Microbial Hemicellulases. Current Opinion inMicrobiology, 6: 219-228.
Siswanto, Suharyanto, dan R. Fitria. 2007. Produksi dan karakterisasi lakaseOmphalina sp. Menara Perkebunan, 75(2), 106-115.
Susilawati, D.N., Rosmimik, Saraswati, R., Simanungkalit, R .D.M. & Gunarto, L. 2002.Koleksi, karakterisasi, dan preservasi mikroba penyubur tanah dan perombak bahan organik.Prosiding seminar hasil penelitian rintisan dan bioteknologi tanaman.Balai penelitian bioteknologi dan sumberdaya genetik pertanian.
Taherzadeh, M.J. and Karimi, K. 2007.Acid-based hydrolysis processes for ethanol from lignocellulosic materials: a review., Bioresources 2(3), pp. 472-499.
Taruna, H., Rita A., Tania S., Sri A. 2010. Studi Awal Pemanfaatan Limbah Kertas HVS sebagai Bahan Baku Dalam Proses Pembuatan Etanol. Universitas Indonesia
Tomas, M., Josef P., Petra O., Igor B. 2010.The Using Of Enzymes For Degradation Of Cellulose Substrate For The Production Of Biogas. Department of Environmental Engineering, Institute of Chemical and Environmental Engineering,Faculty of Chemical and Food Technology, Slovak University of Technology, Radlinskeho, Bratislava, Slovak Republic.
White, J.G. 2000.Oregon perspective on cellulose-to-ethanol.Oregon Office of Energy. Oregon
Widyastuti, H., Siswanto, dan Suharyanto. 2007. Optimasi pertumbuhan dan aktivitas enzimlignolitik Omphalina sp dan Pleurotusostreatus pada fermentasi padat. Menara Perkebunan, 75(2), 93-105.
Wuyep, P.A, A.U. Khan, and A.J. Nok. 2003. Production and Regulation of Lignindegrading enzymes from Lentinussquarrosulus (mont.) Singer andPsathyrella atroumbonata Pegler. African J. of Biotechnology 2(11) 444-447.
Zaldivar, J., Nielsen, J., and Olsson. 2001. Fuel ethanol production from lignocellulose : a challenge for metabolic engineering and process integration. Appl. Microbiol.Biotechnol. 56: 17-34.
- L. Nama dan Biodata Ketua serta Anggota Kelompok
- Nama Lengkap : Sugiarti Norvia
- NIM : 24030110130052
- Fakultas/ Program Studi : MIPA/ Kimia
- Perguruan Tinggi : Universitas Diponegoro
- Waktu untuk kegiatan PKM : 15 jam/ minggu
M.Nama dan Biodata Dosen Pendamping
- Nama Lengkap dan Gelar : Purbowatiningrum R.S, S.Si., M.Si
- Golongan Pangkat dan NIP : 197303141999032002
- Jabatan Fungsional :
- Jabatan Struktural :
- Fakultas/Program Studi : MIPA / Kimia
- Perguruan Tinggi : Universitas Diponegoro
- Bidang Keahlian : Biokimia
- Waktu untuk kegiatan PKM : 15 jam/minggu
WADUK UNDIP PERCANTIK UNDIP
Semarang, (9/6) Waduk Diponegoro yang terletak di Daerah Kampus Undip Tembalang mulai dibangun awal bulan Juni hingga Desember 2013. Selasa (4/6) siang, Wakil Menteri Pekerjaan Umum (PU) Achmad Hermanto Dardak meletakkan batu pertama peresmian waduk Diponegoro. Tujuan dibuatnya waduk ini ialah sebagai penahan air, pengendali banjir, menyuburkan lingkungan, sebagai program riset dan sebagai tempat rekreasi.
Rektor mengatakan bahwa gagasan pembuatan waduk muncul dari ide Prof. Ir. Yoetata Hadi Hardaya, pada tahun 1985. Waduk ini mampu menampung genangan air normal sampai 13.500 meter persegi dengan luas daerah tangkapan air mencapai 10,24 kilometer persegi. Tahap pertama, pembangunan dimulai awal bulan ini hingga Desember 2013 dengan dana hibah dari Kementerian Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Sumber Daya Air sebesar Rp 42 miliar.
“Selain sebagai tempat rekreasi di wilayah kampus Undip, waduk ini akan difungsikan sebagai laboratorium Fakultas Teknik Sipil, Kimia maupun Lingkungan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan” ungkap Rektor Universitas Diponegoro, Prof. Sudharto P. Hadi, MES, PhD, dalam acara peletakkan batu pertama Waduk Diponegoro, selasa siang.
“Pembangunan waduk ini sebagai upaya untuk menjaga keseimbangan ekosistem dan lingkungan supaya lebih subur serta pengendali banjir dikawasan kampus Undip Tembalang” lanjutnya. Untuk menghindari pencemaran dari air sungai yang masuk, waduk ini akan dilengkapi dengan sistem pengendali limbah sampah terapung.
Mantan Dirjen Bina Marga Departemen PU , Hermanto Dardak meyebutkan “Waduk Diponegoro akan menjadi percontohan dalam mendukung program pemerintah sebagai penahan air meskipun sedikit.” Bapak Hermanto juga berharap banyak masyarakat yang akan menggunakannya sehingga meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar. “Semoga dengan adanya waduk, membuat kampus semakin hijau sehingga memfasilitasi program riset dan mendukung center of excellent”, tutur bapak Ketua Umum IKA ITB ini. Beliau juga menambahkan bahwa upaya pengembangan waduk membutuhkan berbagai sinergi dan kerjasama baik dari sektor industri, pemerintah dan masyarakat.
Pembangunan Waduk Undip ini sangat bagus dan memberikan fungsi yang besar bagi masyarakat. Namun pada pembangunan waduk, perlu diketahui sebagai berikut :
- Dalam fungsi waduk yang utama, sebagai sarana irigasi dan lahan pertanian, fungsi waduk sebagai sarana utama divariasikan fungsinya, yang memberikan kesan apresiasi eksotik. Fokus fungsi dari pembangunan waduk menitikberatkan pada pencegahan banjir dan laboratorium. Tembalang berada di kawasan yang disebut kota atas yang merupakan dataran tinggi berupa daerah perbukitan, dengan kemiringan 2 – 40% dan ketinggian antara 90 – 200 M di atas permukaan air laut (DPL) (dari geografi Indonesia), sehingga kecil kemungkinan terjadinya banjir. Maka titik utama pembangunan waduk pada fungsi laboratorium. Pengubahan kurikulum praktikum riset tidak bisa berlangsung instan, namun perlu adanya lokakarya semua dosen dan pihak terkait yang membutuhkan waktu hampir 1 tahun. Besar kemungkinan waduk sementara digunakan sebagai tempat rekreasi.
- Kebersihan waduk akan sangat minim bila digunakan sebagai tempat rekreasi, tentunya akan memancing masyarakat untuk menggali berbagai wahana di kompleks waduk antara lain mainan anak, seperti becak air, perahu dayung dan lainnya. Dimana belum ditetapkan kebijakan kebersihan waduk meskipun dilengkapi dengan sistem pengendali limbah terapung (wahana rekreasi waduk).
- Bila tanggul waduk amblas dan waduk jebol, air meluap sampai daerah pemukiman masyarakat dan kampus, efeknya akan mengakibatkan jatuhnya korban jiwa karena jebolnya tanggul (Jebolnya waduk Pluit, Jakarta).
Diharapkan semua sektor bisa membantu keberjalanan waduk, tidak hanya saat proses pembuatan dan perkembangannya saja, tetapi juga pemugaran dan pemantauannnya. Ini yang disebut manajemen kontrol kawasan waduk. Keberadaan waduk akan sia-sia jika dibiarkan saja, harapannya semua sektor, mahasiswa, dan masyarakat ikut andil dalam memaksimalkan fungsi waduk dan menjaganya bersama. HIDUP MAHASISWA !!(Sugiarti Norvia)